Ketika Harus Mulai dari Nol Lagi


Halo sobat-sobatku, rasanya baru kemarin aku menulis pengalaman nyari kost untuk kuliah. Eh ternyata tulisan itu sudah 10 tahun yang lalu. Ga berasa ya? Sekarang aku sudah lulus kuliah (walau telat) dan selama kuliah juga nyambi kerja.

Selama 10 tahun itu sudah banyak lika-liku cerita kehidupan yang aku jalani, mulai dari kuliah, berkomunitas, punya pacar, putus, balikan sampe ditinggal nikah (part ditinggal nikah ini ga aku tulis sih di blog ya hahaha). Terus berbagai kerjaan aku coba jalani dari blogger/influencer, wartawan, admin sosial media, dirumahkan karena covid, papa meninggal, terus ikut kursus, coba ngelamar kerja lagi, 2 tahun terakhir settle kerjaannya namun 3 bulan terakhir aku harus mengikhlaskan diri. Karena ternyata aku tidak berjodoh lama dengan pekerjaanku ini. Padahal aku menyukai ritme pekerjaannya, teman kerjanya dan aku bekerja dengan hati yang senang.

Yup, sederhana saja keinginanku. Menjadi karyawan sampai finansial tercukupi, baru mungkin berhenti ketika sudah cukup ataupun bekerja hanya sebagai bagian dari mengisi kegiatan aja. Tapi ya itulah kehidupan, tidak selamanya rencana yang kita susun berjalan dengan baik. 3 bulan terakhir yang sungguh penuh perjuangan, aku coba ngelamar kerjaan kemana-mana, baik yang di Pekanbaru ataupun peluang kerja yang bisa dikerjakan di mana aja (WFA/WFH). Rasanya sedih karena aku belum bisa mandiri secara finansial (mungkin menjadi full time blogger/conten creator ataupun punya usaha). Saat ini aku masih memperjuangkan jadi karyawan dan bisa jadi karyawan tetap (lagi).

Ketika Harus Mulai dari Nol Lagi

Ditengah kondisi pemasukkan ga jelas itu, tiba-tiba ada beberapa panggilan wawancara secara online, aku jalani semuanya satu persatu. Rata-rata perusahaan di Jawa sih, tapi belum ada yang gol. Terus ada 1 perusahaan di Jogja yang aku 2 kali masukkan lamarannya, panggilan pertama aku cuma sampe test psikologi dan yang panggilan kedua Alhamdulillahnya lulus. Sebenarnya cukup dadakan, kalau ga diambil belum terlihat hilal wawancara lainnya. Sedangkan kalau diambil, gimana caranya berangkat ke jogja ya?

Aku cerita sama sahabatku, aku ga ngerti lagi harus berterima kasih seperti apa. Mereka sampe gotong royong bantuin kepindahanku ke Jogja. Ga bisa diceritakan bantuan seperti apa yang mereka lakukan, tapi seumur hidup baru kali ini aku ditarik paksa dari tenggelam dalam rasa duka dan kesedihan. Sampai-sampai mereka marah habis-habisan kenapa aku ga ada cerita tentang kondisiku saat ini. 

Ketika tulisan ini tayang, aku sudah sebulan berada di Jogja. Kepergianku ini hanya kukabarkan ke beberapa teman saja, tapi kalau kalian menemukan tulisan dan tidak kukabarin, maaf ya. Aku ga sanggup ngabarinnya, mengetik postingan ini saja sampai nangis lagi. Tapi aku aktif kok di sosmed, nomorku masih yang lama, kalau ingin nanya kabarku, chat saja. Rasa sedihnya kadang masih numpuk di hatiku. Sedih kenapa aku ga bisa fight untuk tetap berada di pekerjaan terakhir, sedih karena kenapa hidupku tiba-tiba jungkir balik lagi, sedih apa aku tidak pantas menjadi apapun, sedih memulai dari 0 yang bener-bener 0. Sedih meninggalkan zona nyamanku di Pekanbaru. Sedih karena aku harus lebih berusaha menyusun strategi supaya bisa bertahan di jogja serta berbagai over thinking lainnya. 

Tapi walaupun begitu, aku berterima kasih kepada sahabat-sahabatku yang tetap mengecek apakah aku baik-baik saja sendiri di sini. 

Bekal Sebungkus Roti

Ketika aku mempersiapkan kepindahanku, ada adikku yang datang bantu-bantu packing. Pas dia datang, dia bawa satu kresek roti manis yang dijual di dekat rumahku. Sebenarnya ini hanya roti manis biasa, tapi jadi tidak biasa karena roti ini sudah menemaniku bertahun-tahun untuk sarapan sebelum berangkat sekolah dan dibawa untuk bekal bepergian. Kalimatnya selalu sama dari mamaku "Beli roti dulu itu untuk bekalnya, udah buka sepertinya. Coba cek ke sana (ke tempat jualannya)". 

Mama tidak mengantarku, tapi dia mengantarkan roti ini melalui adikku. sedihnya ambyar sekali. Ga sempat pulang karena persiapannya begitu singkat. Mana Eminem rilis lagu baru yang judulnya Temporary. Itu liriknya, videonya makin nangis cirembay.

That when a heart breaks, it ain't broken forever

The pieces will grow back together

And in time, I'll be fine

The tears are temporary

Untungnya, hidup terus berjalan

Untungnya, bumi masih berputar

Untungnya, ku tak pilih menyerah

Untungnya, ku bisa rasa

Hal-hal baik yang datangnya belakangan

Lagu yang sedang viral ini mungkin bisa mengingatkanku bahwa ya harus tetap semangat menjalani hdup. Diumur 30 tahun ini, aku akhirnya merantau yang benaran merantau. Aku ga tahu ada apa di depan sana.  Menulis kembali cerita-ceritaku di blog ini meringankan isi kepala dan melatih kembali kemampuan menulisku yang udah lama ga update ini.

Aku mohon doanya yaaa, semoga Kota Jogja bersahabat denganku. Semoga bisa menjadi jalur baru untuk membuka pintu rezeki yang lebih baik, berkah dan mungkin jodoh juga hahaha.




1 komentar

  1. Kak, terimakasih sudah bertahan sampai sejauh ini :') tetap sehat dan terus berjuang yaa

    BalasHapus