Masih keingat rasanya, seusai meeting mingguan di kantor aku menatap layar komputerku. Aku merasa ada yang kurang dengan pekerjaanku, rasanya emosi bercampur aduk dan akhirnya menangis. Sejujurnya aku sampai bingung yang kutangisi apa, sampai-sampai salah satu rekan kerjaku menghampiri mejaku dan bertanya perlahan (yaaa takut didengar ama orang lain juga kan)
Akhirnya aku bercerita apa saja mengenai pekerjaanku dan seperti mengurai benang yang kusut, perlahan satu persatu penyebab aku menangis ditemukan. Burn out mengenai pekerjaan, semua ingin dikejar dan dikerjakan. Tapi malah jadi keteteran dan kurang maksimal, ketemu ama rekan kerja lainnya yang kurang cocok pula, udah kelarlah semuanya.
Kondisi burn-out ini baru-baru aja aku dengar namanya, sebelumnya asing sekali. Ternyata awal dari burnout itu adalah stress, rasanya sulit sekali mengakui diri sendiri kalau sedang mengalami stress. Pokoknya aku gapapa, ga masalah kok, ini biasa aja. Eeeeeh ga tahunya sok kuat dan malah ribet sendiri.
Tiga tanda yang perlu diperhatikan ketika Stress menjadi burnout
Masih banyak teman-teman yang mengabaikan perasaan stressnya dan terus saja melanjutkan hidup. Tanpa sadar, stressnya terus menumpuk sehinga menjadi burnout. Berikut tiga tanda yang perlu teman-teman perhatikan.
1. Kelelahan
Benar-benar ini adalah tanda yang paling utama, lelahnya bisa fisik, kognitif hingga emosional. Bawaannya itu ya capeeeek aja, padahal awalnya itu kadang kerjaan yang kita senang, tapi ntah napa kok jatuhnya kesal, cape banget. Bawaannya mau ngegas aja kadang, ya ga sih? Nah itu dia mesti diperhatikan.
2.Ketidakefektifan
Biasa bisa tuh ngerjain kerjaan 1 jam kelar, tapi kok ini 3 jam belum kelar-kelar juga? Biasanya pede-pede aja tuh tampil, tapi kok ini malah malu-malu. Kalau aku sih biasanya kena di
3. Sinisme
Pokoknya ada aja cara untuk menjauhi pekerjaan kalian
Berkenalan dengan mindtera
Sejujurnya ya, dalam diriku itu masih yang kayak ga percaya diri untuk bisa bisa fokus. Apalagi kalau untuk fokus dengan bantuan pihak lain. Awal-awalnya mendengar lagu yang katanya menenangkan ataupun aplikasi yang dapat membantu fokus, aku skeptis. skeptis ke diri sendiri. Tapi ya masa skeptis mulu? ga boleh begitu kan?
Jadi ketika aku berkesempatan mengikuti webinar dari mindtera mengenai mengelola stress aku pun mencoba aplikasi mindtera. Jujur aku ga berharap tinggi, jangan minta untuk fokus deh, minta untuk ga ketawa atau malah melamun aja udah bagus hahaha.
Mindtera adalah platform edukasi pengembangan diri untuk membantu masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan terbaik mereka melalui kurikulum pelatihan kecerdasan emosi, sosial, fisik yang terstruktur dan komprehensif.
Memiliki visi Menjadi sebuah ekosistem penggerak yang membantu masyarakat untuk meningkatkan potensi diri dan menjalani kehidupan terbaik mereka. Serta misinya adalah Menyediakan akses pendidikan dan perangkat pelatihan diri untuk mengembangkan kecerdasan emosi, sosial, fisik dengan kurikulum yang terstruktur dan komprehensif.
Pengalaman menggunakan mindtera untuk mengelola stress
Sehubungan dengan webinar "Kelola Hidup Lebih Baik Dengan Aplikasi Mindtera: Kelola Stress Dengan Berkesadaran". Akupun mencoba untuk mengenal diri terlebih dahulu, mencoba tenang dan mulai menginstall aplikasinya. Awal-awal mengakses mindtera, teman-teman akan menemukan sesi Rehat dan
Hening. Sesinya singkat, teman-teman diminta untuk berdiam dan
mendengarkan arahan berupa suara.
Sudah aku tebak, diawal-awal sesi aku cengengesan "Ngapa ni? ngapain nih?" sampe akhirnya aku dengarkan aja dulu tanpa fokus untuk mengetahui apa isi sesi tersebut. Kemudian aku ulangi lagi dan mengupayakan tanpa distraksi. Oke untuk diawal-awal bolehlah, apa susahnya diam aja? susah sob hahaha.
Tapi menarik sebenarnya mindtera ini, dengan berbagai topik yang disediakan, kita dibantu untuk mengeksplore dan memahami kesulitan diri dan bagaimana menyelesaikannya.
Jadi bagaimana, siap untuk mencoba mindtera? kalau sudah coba share disini pengalamannya ya?
Nah ini mengenal diri sendiri memang sulit, mau minta pendapat orang lain juga tidak sepenuhnya benar. Sudah ada aplikasi yang mempermudah, nih, lagipula tidak mungkin ke psikolog :)
BalasHapusSeiring perkembangan teknologi semakin banyak kegiatan yang sulit dilakukan bisa lewat digital saja. Ini salah satunya yang pastinya bermanfaat juga untuk kesehatan mental.
BalasHapus